gopay25

2024-10-08 06:02:21  Source:gopay25   

gopay25,mimpi orang meninggal padahal sudah meninggal,gopay25Jakarta, CNN Indonesia--

Pelaku penembakan eks Presiden Amerika Serikat Donald Trump menembakkan pelurunya dari jarak sangat dekat.

Analisis audio yang dilakukan CNNmemaparkan tembakan diperkirakan terlontar dari jarak 110-120 meter saja dari podium tempat Trump berpidato.

Lihat Juga :
KILAS INTERNASIONALTrump Ditembak saat Kampanye sampai Israel Klaim Bunuh Komandan Hamas

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Waktu antara penanda tersebut menempatkan penembak pada jarak 110 hingga 120 meter dari mikrofon, kata Maher, dengan asumsi peluru bergerak dengan kecepatan rata-rata 800 hingga 1.000 meter per detik, setara dengan 2.600 hingga 3.280 kaki per detik.

Lihat Juga :
Siapa Thomas Matthew Crooks Pelaku Penembakan Trump?



Pelaku penembak Trump diketahui bernama Thomas Matthew Crooks. Hingga kini, motif pelaku masih misteri.

Upaya pembunuhan yang terjadi pada Sabtu (13/7) di Pennsylvania itu pun memunculkan banyak pertanyaan dan kritikan mengapa Secret Service, unit yang bertugas menjaga pejabat tinggi AS termasuk mantan presiden bisa kecolongan.

Sebab, sang pelaku bisa membawa senjata senapan otomatis hingga bahan peledak ke lokasi kampanye tanpa terdeteksi. Selain itu, pelaku juga bisa sampai melancarkan tembakan hanya dari jarak kurang 150 meter saja.

 Terlebih, pelaku bisa lolos membawa senjata AR-15 yang merupakan senapan semi-otomatis versi sipil dari M16 milik militer ke lokasi. Sejumlah sumber keamanan bahkan melaporkan pelaku juga kedapatan membawa sejumlah bahan peledak di mobilnya dan juga rumahnya.

Sumber menggambarkan penembakan terjadi dari posisi "jam tiga" dari podium Trump, dengan tembakan datang dari sisi kanan sang eks presiden.

Beberapa detik setelah tembakan terdengar, penembak jitu Secret Service mulai menembak mati tersangka yang ditemukan di atas atap.



Secret Service sebelumnya mengatakan ada empat tim penembak jitu yang dikerahkan di lokasi kejadian.

Presiden AS Joe Biden mengatakan telah memerintahkan direktur Secret Service AS Kimberly Cheatle "untuk meninjau semua tindakan keamanan - semua tindakan keamanan - untuk Konvensi Nasional Partai Republik" imbas insiden ini.

Berbagai politikus AS dari Republik dan Demokrat juga mendesak jawaban dari Secret Service mengapa insiden ini tidak bisa diantisipasi sebelumnya.

FBI pun tengah menyelidiki insiden ini, termasuk peninjauan terhadap standar prosedur Secret Service di hari kejadian terutama soal apakah unit tersebut mengerahkan cukup aset dan sumber daya untuk mengamankan Trump dan kampanyenya.

Pilihan Redaksi
  • Israel Serang Sekolah di Kamp Pengungsi Nuseirat, 15 Orang Tewas
  • FBI Selidiki Penembakan Trump Sebagai Aksi Terorisme
  • Teori Konspirasi Penembakan Trump Viral di X saat Musk Akui Dukungan

Selain itu, penyelidikan juga dilakukan soal apakah prosedur pengamanan dipatuhi para personel Secret Service yang bertugas saat itu seperti saat menyisir keamanan di lokasi dan pengamanan saat acara berlangsung.

"Pada dasarnya, salah satu elemen paling mendasar dari mengamankan sebuah tempat, terutama situs yang berada di luar ruangan dan sebagian besar tidak terkendali, adalah (untuk) sebisa mungkin menghilangkan peluang sudut pandang dari berbagai arah yang dapat menargetkan pihak yang dilindungi dari jarak jauh," mantan Wakil Direktur FBI Andrew McCabe kata di acara "State of the Union" CNNpada Minggu pagi.

"Saat Anda melihat peta itu, peta itu dengan jelas menunjukkan bangunan-bangunan yang ada di dalamnya, jelas berada dalam jangkauan tembak."

Sejumlah pihak pun menilai Secret Service kembali gagal mengamankan tokoh penting AS imbas insiden ini setelah tragedi penembakan Presiden John D Kennedy pada 1963 dan Presiden Ronald Reegan pada 1981.

(rds/rds)

Read more