slotbesar rtp

2024-10-09 21:09:56  Source:slotbesar rtp   

slotbesar rtp,alpha slot 88,slotbesar rtpJakarta, CNN Indonesia--

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengaku pihaknya sempat berupaya untuk memprediksi kapan gempabakal terjadi. Namun, hasilnya ternyata gagal.

Dwikorita mengatakan para ahli, termasuk dari BMKG, belum ada yang bisa memprediksi dengan tepat soal potensi gempa. Namun begitu, beberapa waktu lalu, ia mengatakan bahwa BMKG sempat berupaya memprediksi potensi gempa, tapi akurasinya rendah.

"Kami memang lakukan upaya itu [prediksi gempa], tapi karena akurasinya sangat rendah, tidak kita publikasikan dan tidak kita pakai," ujar Dwikorita dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi V DPR RI di Kompleks DPR RI, Jakarta yang digelar Selasa (27/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Koordinator Earthquake Early Warning System (EEWS) BMKG Sigit Pramono menjelaskan deteksi dini gempa bukan prediksi gempa. Deteksi atau peringatan dini gempa justru dikeluarkan setelah gempa terjadi.

"Istilah peringatan dini itu perlu diluruskan dulu. Jadi peringatan dini gempa bumi bukan prediksi dan gempanya sendiri sudah terjadi. Jadi rilis energi di pusat gempanya sudah terjadi," katanya tahun lalu.

Program deteksi dini yang bekerja sama dengan ICL China ini sebetulnya sudah berlangsung sejak 2019.

Kala itu, Deputi Geofisika BMKG Muhamad Sadly menyebut ada beberapa informasi yang dihasilkan oleh sistem EEWS, mulai dari intensitas gempa, waktu tiba, magnitudo, hingga lokasi gempa.

Lihat Juga :
Jurus Lengkap Hadapi Ancaman Megathrust, Sebelum Hingga Sesudah Gempa

Menurut Dwikorita, alih-alih melakukan prediksi gempa, BMKG bersama pihak-pihak terkait seperti perguruan tinggi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan institusi riset lainnya melakukan sejumlah studi terkait potensi gempa bumi di segmen-segmen megathrust.

"Yang kita lakukan adalah studi bersama dengan para pakar dengan pihak lain, misalnya dari perguruan tinggi, BRIN, pihak-pihak riset institut. Menstudi bahwa di situ memang relatif yang lebih tinggi dibandingkan daerah megathrust lainnya," ujar dia.

"Jadi yang lebih tinggi di Selat Sunda, Banten dan Mentawai-Siberut, sehingga bukan prediksi, tapi memonitoring, kemudian nanti yang diprediksi adalah tsunaminya, bukan gempa buminya," tambahnya.

Sebelumnya, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG mengungkap potensi gempa besar di dua segmen megathrust tinggal menunggu waktu.

Lihat Juga :
Kapan Prediksi Terjadinya Gempa Megathrust di Indonesia?

Dua segmen yang dimaksud adalah Zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai Siberut. Menurut Daryono dua megathrust ini masuk dalam zona seismic gap, yakni zona sumber gempa potensial tapi belum terjadi gempa besar dalam masa puluhan hingga ratusan tahun terakhir.

Menurut dia seismic gap ini memang perlu diwaspadai, karena dapat melepas energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

Berdasarkan catatan sejarah, gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada 1757 (usia seismic gap 267 tahun) dan gempa besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada 1797 (usia seismic gap 227 tahun).

Terkait pernyataan gempa di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut "tinggal menunggu waktu", menurutnya hal ini dikarenakan kedua wilayah tersebut sudah ratusan tauhn belum terjadi gempa besar, tapi bukan berarti segera akan terjadi gempa dalam waktu dekat.

"Dikatakan "tinggal menunggu waktu" disebabkan karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah rilis gempa besar semua, sementara Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga saat ini belum terjadi," jelasnya.

Terkait kapan gempa tersebut bakal terjadi, ia menegaskan bahwa sampai saat ini belum ada pakar hingga teknologi yang mampu dengan tepat memprediksi kapan, lokasi, dan kekuatan gempa.

"Sehingga kita semua juga tidak tahu kapan gempa akan terjadi, sekalipun tahu potensinya," tutur dia.

INFOGRAFIS: Fakta-fakta Megathrust, Teror dari Lautan RIINFOGRAFIS: Fakta-fakta Megathrust, Teror dari Lautan RI (Foto: Basith Subastian/CNNIndonesia)
(tim/dmi)

Read more