mastoto

2024-10-07 23:32:31  Source:mastoto   

mastoto,babi hutan togel,mastotoJakarta, CNN Indonesia--

Iran masih belum membeberkan waktu pasti dan skala serangan ke Israel untuk membalas kematian mantan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.

Haniyeh tewas dibunuh di Teheran pada akhir Juli. Iran menuding Israel sebagai dalang pembunuhan tersebut.

Iran dan para proksinya termasuk Hizbullah berulang kali bersumpah akan meluncurkan serangan balasan ke Israel besar-besaran. Namun, hingga kini serangan itu belum terlaksana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Juru bicara IRGC Alimohammad Naini mengatakan Iran saat ini menggunakan waktu sebaik mungkin untuk menyiapkan serangan balasan terhadap Negeri Zionis atas pembunuhan pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, 31 Juli lalu. Mengapa demikian?

Pengamat dari Universitas Boston, Eyal Pinko, mengatakan untuk mengetahui waktu pasti serangan Iran bisa dilihat dari budaya atau kebiasaan mereka

"Bahwa budaya Iran tak menyebut reaksi [serangan] seharusnya dilakukan sesegera mungkin," kata Pinko saat wawancara dengan media Israel, ILTV, Senin (19/8).

Pinko lantas membandingkan reaksi Iran saat Jenderal Qassem Suleimani tewas dibunuh Amerika Serikat di Baghdad, Irak, pada Januari 2020.

Iran, lanjut dia, tak segera membalas serangan tersebut.

"Iran baru bereaksi delapan bulan kemudian," ujar Pinko.

Iran juga saat itu hanya melakukan serangan balasan terbatas terhadap pangkalan AS.

Lihat Juga :
Penyebab Warga sampai Tentara Korut Semakin Banyak Membelot ke Korsel

Pinko lalu menggarisbawahi bahwa Iran punya jangka waktu atau time frame khusus untuk melakukan serangan balasan termasuk skalanya.

Dia juga menyebut Iran masih belum melakukan serangan karena saat ini merupakan waktu krisis bagi mereka jelang pemilihan umum di AS pada November.

"Iran akan melakukan apa saja yang mereka bisa untuk Kamala Harris agar terpilih dan bukan Donald Trump," ujar Pinko.

Dia lalu berkata, "Trump bukan berita baik untuk Iran."

Sebagai pemain strategis, kata Pinko, Iran memahami jika Trump kembali ke tampuk kekuasaan ekonomi negara ini akan terdampak.

Pinko menduga Trump mungkin saja akan menjatuhkan sederet sanksi ke Iran jika menjadi presiden.

"Jadi lebih tidak saat ini untuk mengobarkan api untuk memenangkan Kamala Harris dalam pemilu," ujar dia.

Lihat Juga :
Penyebab Warga sampai Tentara Korut Semakin Banyak Membelot ke Korsel

"Ini alasan Iran masih tak melakukan apapun terkait serangan balasan."

Di tengah ketidakpastian waktu serangan, Amerika Serikat dan negara sekutunya membujuk Iran untuk membatalkan gempuran balasan itu.

Negara-negara tersebut mengklaim serangan Iran bisa memperburuk situasi di Timur Tengah. Namun, Teheran tak gentar dengan ancaman itu.

Pusat Studi Perang (Institute Study of War/ISW) dan Critical Threats Project (CTP) merilis laporan soal informasi terbaru Perang Israel-Hamas.

Mereka merilis laporan AS dan mediator asing berusaha menunda waktu serangan Iran.

"Dengan mengancam Iran dan menyajikan potensi perjanjian gencatan senjata, pertukaran sandera sebagai jalan keluar dari eskalasi regional lebih lanjut," demikian menurut ISW dan CTP, pekan lalu.

Lihat Juga :
Syarat Baru Israel soal Gencatan Senjata Gaza yang Ditolak Hamas

AS dan Israel telah mengisyaratkan bahwa serangan akan disambut dengan respons militer yang signifikan sambil menunjukkan optimisme terhadap perjanjian gencatan senjata.

Amerika Serikat baru-baru ini memperingatkan Iran bahwa serangan Iran terhadap Israel bisa memicu "respons militer yang kuat" dari Israel.

Di sisi lain, Israel juga dalam siaga tinggi. Mereka menggelar Latihan militer besar-besaran mencakup pengerahan jet tempur dan simulasi penerbangan Jarak jauh.

CTP-ISW menilai bahwa Iran kemungkinan berupaya memulihkan pencegahan dan di saat yang sama mencoba menghindari perang skala besar.

"Respons militer besar terhadap Iran setelah serangan Iran akan menunjukkan bahwa Iran tidak membangun kembali pencegahan sementara pada saat yang sama meningkatkan risiko perang yang lebih luas," ujar mereka.

(isa/bac)

Read more