siaril uin raden intan

2024-10-08 00:16:00  Source:siaril uin raden intan   

siaril uin raden intan,2d tahanan,siaril uin raden intan

Jakarta, CNBC Indonesia -Saat berupaya menembus 1 miliar pengguna, Telegram mendapat kecaman di berbagai negara. Terbaru, Korea Selatan meluncurkan penyelidikan pada aplikasi tersebut terkait masifnya konten porno di dalamnya.

Kantor berita Yonhap melaporkan kepolisian setempat akan melihat apakah Telegram terlibat dalam distribusi konten deepfake eksplisit, dikutip dari Reuters,Selasa (3/9/2024).

Sebelumnya banyak konten deepfake wanita Korea Selatan yang ditemukan di Telegram. Kejadian ini membuat publik dan pemerintah setempat marah.

Meski berjanji melakukan penyelidikan, namun komisaris Badan Kepolisian Nasional Cho Ji Ho mengatakan investigasi pada platform penyedia pertukaran pesan cukup rumit dan perlu waktu untuk melakukannya.

Kejahatan seks deepfake di Korea Selatan mengalami peningkatan drastis. Menurut catatan kepolisian setempat, dari 156 kasus pada 2021 menjadi 297 tahun 2024 ini.

Sebagian besar korban dan pelaku merupakan remaja. Fakta ini juga mendorong perusahaan media sosial meminta melakukan pekerjaan yang lebih aktif saat menghapus dan memblokir konten.

Pilihan Redaksi
  • Dukungan Dalam Negeri untuk Putin Terus Menurun, Bakal Digulingkan?
  • Awas Perang Rusia-Ukraina Jadi PD 3, Putin Mendidih-NATO Rapat Rahasia
  • Putin Menggila! Rusia Kirim Serangan Paling Mematikan, Dunia Terkejut

Sementara itu, Telegram mengatakan pihaknya aktif melakukan moderasi konten berbahaya. Termasuk yang terkait pornografi ilegal.

Telegram diketahui berusaha untuk masuk kelompok aplikasi dengan pengguna 1 miliar. Pendiri Pavel Durov percaya diri platformnya bisa mewujudkan keinginan tersebut tahun 2024.

"Pengguna aktif bulanan kami akan tembus 1 miliar pada tahun ini," kata Durov, dikutip dari Reuters.

Dalam waktu yang berdekatan, Durov ditangkap di Bandara Bourget di luar kota Paris Prancis pada Sabtu malam (24/8/2024). Penangkapan itu juga terkait maraknya konten terkait aksi pidana di Telegram.

Namun pihak Telegram dilaporkan tidak pernah merespon apapun permintaan pengadilan. Pada akhirnya menarik perhatian unit kejahatan siber kantor kejaksaan di Paris.

Satu minggu setelah ditahan, Durov akhirnya bebas bersyarat. Dia membayar uang jaminan 5 juta euro (Rp 85,7 miliar) dan kewajiban melapor dua kali seminggu ke polisi.


(npb/npb) Saksikan video di bawah ini:

Video: Waduh! CEO Telegram Ditangkap, Data Kita Aman?

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Aplikasi Pengganti WhatsApp Bikin Eropa Pecah, Pejabat Ngamuk

Read more