erek2 22

2024-10-07 23:43:01  Source:erek2 22   

erek2 22,bar togel login,erek2 22Jakarta, CNN Indonesia--

Sejumlah program Kampus Merdekadirumorkan bakal disetop buntut hasil audit keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap program tersebut baru-baru ini.

Wacana itu menguat seiring program prioritas makan siang gratis pemerintahan selanjutnya yang akan memakan banyak anggaran. Teranyar, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) membantah kabar tersebut.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek) Abdul Haris mengatakan pihaknya hanya melakukan penyesuaian. Imbasnya, salah satu program Kampus Merdeka, Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) mundur dari jadwal semula.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi ya itu, karena MSIB informasinya belum jelas membuat kita berpotensi melakukan magang bersamaan dengan skripsi yang mana ini juga situasi yang kurang ideal," kata mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Gadjah Mada (UGM) Jundi.

MSIB merupakan satu dari sekian program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Kemendikbudristek. Selain itu, beberapa program lainnya seperti Kampus Mengajar, IISMA-E, Praktisi Mengajar, dan Wirausaha Merdeka.

Namun, di antara sejumlah program itu, MSIB belakangan yang menjadi sorotan. Lalu seberapa efektif program itu, dan apakah layak dipertahankan?

Pemerhati pendidikan dari UIN Jakarta, Jejen Musfah menilai program magang selama ini memang sangat bergantung pada pihak ketiga atau industri yang menerima mahasiswa di program tersebut. Masalahnya, kata Jejen, tak sedikit industri yang melihat mahasiswa tak banyak memberikan kontribusi.

"Seringkali perusahaan itu tidak melihat kontribusi ya atas kehadiran mahasiswa," kata Jejen saat dihubungi, Rabu (31/7).

Menurut dia, kampus atau perguruan tinggi mestinya pro aktif melakukan komunikasi dengan pihak ketiga. Menurut Jejen, masalah komunikasi itu yang kerap menjadi penghambat mahasiswa sulit diterima industri di program magang.

Di kampus UIN Jakarta, Jejen biasanya kerap menemukan kasus sekolah keberatan menerima mahasiswanya yang magang. Hal itu umumnya karena tidak didahului dengan komunikasi di jajaran petinggi kampus seperti dekan hingga rektorat.

"Sehingga institusi yang kita ajak kerja sama enggakmenangkap peran penting dari program magang tersebut," kata dia.

Namun begitu, Jejen menilai program magang Kampus Merdeka layak dipertahankan. Sebab, walau bagaimanapun lewat program itu mahasiswa bisa belajar agar dunia akademik tetap harus relevan dengan kebutuhan industri saat ini.

"Jadi mahasiswa tidak hanya belajar teori namun juga praktik langsung," kata dia.

Jejen menjelaskan magang merupakan konsep belajar link and match, terutama agar mahasiswa tidak hanya belajar teori. Hanya, ia mewanti-wanti agar tidak terjadi eksploitasi dalam praktiknya.

"Jadi magang bukan hal baru dan memang harus dipertahankan secara substansi. Hanya saja jangan sampai terjadi eksploitasi," katanya.



Magang tidak relevan

Anggota Komisi X DPR, Zainuddin Maliki mengungkap konsep belajar autentik. Lewat konsep itu, belajar yang baik harus diiringi dengan praktik seperti orang belajar berenang harus langsung di kolam atau belajar sepak bola harus di lapangan.

Sayangnya, kata Zainuddin, konsep itu tak terimplementasi dengan baik pada praktik program Magang Kampus Merdeka. Menurut dia, meski memberi pengalaman kepada mahasiswa di dunia industri, namun praktiknya kerap tak relevan.

"Nah, ini yang kerasa kurang dikaji lebih bagus lagi. Sehingga kalau dia di lapangan harusnya sesuai bidang studi yang diperdalam," kata Zainudin.

Secara umum, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu memberi sejumlah catatan pada program MSIB. Pertama, beban SKS dalam program tersebut. Kedua, relevansi program studi dengan tempat magang yang diambil.

"Kemudian di tempat mereka magang betulkah mereka itu belajar apa yang ingin dipelajari?" katanya.

Ketiga, tempat magang juga harus memberikan portofolio kepada mahasiswa. Sebab tak jarang, lanjut Zainuddin, tempat magang justru tak bisa memberikan portofolio kepada mahasiswa sesuai program studi yang dia ambil.

Misalnya, kata dia, mahasiswa jurusan pertambangan atau minyak, hanya diminta untuk bikin teh, bikin surat, atau menerima tamu di tempat magang. Menurut Zainuddin, dalam praktiknya program magang memang perlu pengawasan dan perbaikan dari beberapa aspek.

"Jangan mahasiswa kuliah di bidang pertambangan lalu magang di perusahaan tambang lalu di situ hanya disuruh buat teh, menerima tamu," katanya.

Lihat Juga :
Kemendikbud Pastikan Program Kampus Merdeka Tetap Berjalan

Sementara itu, Zainuddin meyakini program itu tak akan berkorelasi penting dengan anggaran selama layak dipertahankan. Sebagai mitra pemerintah di bidang pendidikan, dia meyakini Komisi X DPR akan mendukung program itu dipertahankan selama layak.

"Tapi kalau kemudian penataannya itu tidak matang, ya kita menjadi bimbang untuk ini dilanjutkan. Oleh karena itu kemarin itu, saya belum lihat portofolio sejauh apa, belum ada laporan," katanya.

(thr/isn)

Read more